Saturday, September 19, 2015

Cerita Pendek Tentang Cinta



Benci Menjadi Cinta

by Retno Septiani 



Namaku Shiren, aku seorang gadis berumur 16 tahun. Dan aku sekarang bersekolah di kelas 2 salah satu sma favorit di daerahku. Di kelas 2 ini, aku menemukan jati diriku. Jati diri yang sebenarnya, yang cerewet, berisik, suka pergi-pergi dan sebagainya. Aku sangat menikmati kelas 2 ini. Teman-temanku sangat menghargai dan bersahabat baik denganku. Rasanya tak ingin kehilangan moment-moment indah di kelas 2. Apalagi karena perasaan cinta mulai ada. Suka sana suka sini. Yah...itu kan cuma suka, namanya aja remaja. Namun yang namanya cinta sesungguhnya belum aku rasakan. Mungkin karena tak ada yang menarik dan kena di hati. Tapi yang namanya cinta tak pernah memandang apapun. Dan inilah awal dari cinta itu..
Tiga bulan sudah berlalu, pada suatu ketika sekolahku mengangkat guru olahraga yang baru karena yang lalu telah pensiun. Mungkin semua siswa menyepelekan hal itu, karena mereka berfikir bahwa gurunya pasti tua dan jelek. Aku pun tak begitu tertarik. Walaupun aku pernah melihatnya sekali, aku pun tak mengingkari kalau gurunya memang ganteng dan masih sangat muda untukku. Namanya Hidayat Aghazi, umurnya 20 tahun, karena memang dia baru lulus dari kuliah. Dan aku pikir umurnya pun tak beda jauh dariku, hanya 4 tahun. Namun yang sudah aku bilang sebelumnya, bahwa aku tak tertarik melihatnya. Bahkan aku membencinya karena suatu hal. Hal itu di awali dengan diriku yang belum bisa bermain basket. Yang namanya tidak bisa ya tidak bisa. Walaupun gurunya hanya terdiam dan tak menghinaku. Namun aku merasa malu kerena hanya aku dan dua orang temanku yang tak bisa. Rasanya tak ingin pelajaran olahraga selamanya. Jika harus menanggung malu. Rasanya benci kepada guru itu.
Saat pelajarannya, aku seperti tak ingin memulai dan hanya ingin mengakhiri saja. Akupun cerita ke salah satu sahabatku tentang rasa sebelku kepada pak Hidayat. Berkali-kali aku bercerita tentangnya, hingga teman-teman bilang kalau aku suka kepadanya. Namun hanya 2 orang saja yang tahu tentang ini, sehingga masih aman untukku. Akupun berpikir lagi, apakah aku benar menyukainya, diam-diam akupun melihatnya d   vmari jendela saat sedang pelajaran dan saat dia lagi mengajar. Aku pukir-pikir memang dia ganteng apalagi dengan senyumnya yang manis, membuat aku tak bosan memandangnya terus. Berhari-hari aku selalu melakukan hal itu dan entah sudah berapa lama aku sering mengamatinya. Apalagi ketika sedang pelajarannya. Yang dulu aku tak suka, namun lama kelamaan aku sangat menyukainya, baik pelajaran maupun gurunya. Senyumannya indah, namun aku sadar bahwa aku takkan memilikinya. Karena dia bukan teman atau seseorang yang bisa menjadi milikku, dia guruku, walaupun usianya sangat muda, namun apakah pantas jika seorang murid menyukai gurunya sendiri.
Namun inilah kenyataannya, mungkin aneh dan memalukan. Hal ini semakin terasa ketika aku sering melihatnya. Satu hal yang sangat aku suka darinya adalah senyumannya. Senyumnya manis dan dagunya yang panjang membuatnya semakin tampan. Namun sampai kapanpun tak ada yang boleh tahu. Cukup dengan mengaguminya sudah sangat cukup untukku. Walaupun ini berat buatku secara pribadi. Rasa ini barlanjut sampai aku lulus bahkan sampai sekarang, sekarang saat aku kuliah semester 5, mungkin bisa terbayang berapa lama rasa itu ada. Hampir lima tahun hal itu ada. Mungkin memang ini yang namanya cinta sejati. Dia tulus menyayangimu tanpa dia berusaha untuk memilikimu, karena dia tahu bahwa kau akan jauh lebih bahagia dengan cinta yang lebih baik. Dan dia rela menyembunyikan perasaan itu sampai kapanpun. Dan satu hal yang pasti diharapkan hanyalah kebahagiaan seseorang itu. Mungkin ini sulit. Hal ini sulit karena kalian pernah memiliki cinta itu, sehingga kalian tak ingin melupakannya.
Namun ketika kalian tak pernah memiliki cinta itu, mereka juga tak akan berusaha mempertahankan cinta itu. Namun tetap berusaha jika memang itu mungkin untuk kau miliki. Semua bergantung padamu. Kapan kau akan mendapatkan cinta yang tulus itu. Ingat semua  butuh pengorbanan yang cukup. Dan hal itu dalam segala hal yang kau lakukan. Jangan patah semangat. Jika memang kanu bisa memiliki cinta itu. Namun jika memang bukan jodoh, jangan kau paksa perasaan itu untuk memilikinya. Seperti perasaanku kepadanya. Aku tahu bahwa dia bukan jodohku, sehingga aku berusaha untuk tak memilikinya. Walaupun ini menyakitkan untukku. Tapi aku yakin dia sudah sangat bahagia dengan semua yang dia miliki sekarang, dan aku berharap akupun sebahagia dia.
Selamat tinggal masa lalu, semoga semua ini hanya menjadi kenangan yang terindah dan bukan hal yang memalukan untukku. Karena kamu lah cinta yang tulus yang aku pernah miliki. Aku mencintaimu tanpa syarat, tanpa aku harus memilikimu. Aku cukup senang bisa mengenalmu dulu. Karena darimu aku mengerti arti sebuah cinta yang sesungguhnya. Aku mencintaimu selalu.