Benci Menjadi Cinta
by Retno Septiani
Namaku Shiren, aku seorang gadis
berumur 16 tahun. Dan aku sekarang bersekolah di kelas 2 salah satu sma favorit
di daerahku. Di kelas 2 ini, aku menemukan jati diriku. Jati diri yang
sebenarnya, yang cerewet, berisik, suka pergi-pergi dan sebagainya. Aku sangat
menikmati kelas 2 ini. Teman-temanku sangat menghargai dan bersahabat baik
denganku. Rasanya tak ingin kehilangan moment-moment indah di kelas 2. Apalagi
karena perasaan cinta mulai ada. Suka sana suka sini. Yah...itu kan cuma suka,
namanya aja remaja. Namun yang namanya cinta sesungguhnya belum aku rasakan.
Mungkin karena tak ada yang menarik dan kena di hati. Tapi yang namanya cinta
tak pernah memandang apapun. Dan inilah awal dari cinta itu..
Tiga bulan sudah berlalu, pada suatu
ketika sekolahku mengangkat guru olahraga yang baru karena yang lalu telah
pensiun. Mungkin semua siswa menyepelekan hal itu, karena mereka berfikir bahwa
gurunya pasti tua dan jelek. Aku pun tak begitu tertarik. Walaupun aku pernah
melihatnya sekali, aku pun tak mengingkari kalau gurunya memang ganteng dan
masih sangat muda untukku. Namanya Hidayat Aghazi, umurnya 20 tahun, karena
memang dia baru lulus dari kuliah. Dan aku pikir umurnya pun tak beda jauh
dariku, hanya 4 tahun. Namun yang sudah aku bilang sebelumnya, bahwa aku tak
tertarik melihatnya. Bahkan aku membencinya karena suatu hal. Hal itu di awali
dengan diriku yang belum bisa bermain basket. Yang namanya tidak bisa ya tidak
bisa. Walaupun gurunya hanya terdiam dan tak menghinaku. Namun aku merasa malu
kerena hanya aku dan dua orang temanku yang tak bisa. Rasanya tak ingin
pelajaran olahraga selamanya. Jika harus menanggung malu. Rasanya benci kepada
guru itu.
Saat pelajarannya, aku seperti tak
ingin memulai dan hanya ingin mengakhiri saja. Akupun cerita ke salah satu
sahabatku tentang rasa sebelku kepada pak Hidayat. Berkali-kali aku bercerita
tentangnya, hingga teman-teman bilang kalau aku suka kepadanya. Namun hanya 2
orang saja yang tahu tentang ini, sehingga masih aman untukku. Akupun berpikir
lagi, apakah aku benar menyukainya, diam-diam akupun melihatnya d vmari jendela saat sedang pelajaran dan saat
dia lagi mengajar. Aku pukir-pikir memang dia ganteng apalagi dengan senyumnya
yang manis, membuat aku tak bosan memandangnya terus. Berhari-hari aku selalu
melakukan hal itu dan entah sudah berapa lama aku sering mengamatinya. Apalagi
ketika sedang pelajarannya. Yang dulu aku tak suka, namun lama kelamaan aku
sangat menyukainya, baik pelajaran maupun gurunya. Senyumannya indah, namun aku
sadar bahwa aku takkan memilikinya. Karena dia bukan teman atau seseorang yang
bisa menjadi milikku, dia guruku, walaupun usianya sangat muda, namun apakah
pantas jika seorang murid menyukai gurunya sendiri.
Namun inilah kenyataannya, mungkin
aneh dan memalukan. Hal ini semakin terasa ketika aku sering melihatnya. Satu
hal yang sangat aku suka darinya adalah senyumannya. Senyumnya manis dan
dagunya yang panjang membuatnya semakin tampan. Namun sampai kapanpun tak ada
yang boleh tahu. Cukup dengan mengaguminya sudah sangat cukup untukku. Walaupun
ini berat buatku secara pribadi. Rasa ini barlanjut sampai aku lulus bahkan
sampai sekarang, sekarang saat aku kuliah semester 5, mungkin bisa terbayang
berapa lama rasa itu ada. Hampir lima tahun hal itu ada. Mungkin memang ini
yang namanya cinta sejati. Dia tulus menyayangimu tanpa dia berusaha untuk
memilikimu, karena dia tahu bahwa kau akan jauh lebih bahagia dengan cinta yang
lebih baik. Dan dia rela menyembunyikan perasaan itu sampai kapanpun. Dan satu
hal yang pasti diharapkan hanyalah kebahagiaan seseorang itu. Mungkin ini
sulit. Hal ini sulit karena kalian pernah memiliki cinta itu, sehingga kalian
tak ingin melupakannya.
Namun ketika kalian tak pernah
memiliki cinta itu, mereka juga tak akan berusaha mempertahankan cinta itu. Namun
tetap berusaha jika memang itu mungkin untuk kau miliki. Semua bergantung
padamu. Kapan kau akan mendapatkan cinta yang tulus itu. Ingat semua butuh pengorbanan yang cukup. Dan hal itu
dalam segala hal yang kau lakukan. Jangan patah semangat. Jika memang kanu bisa
memiliki cinta itu. Namun jika memang bukan jodoh, jangan kau paksa perasaan
itu untuk memilikinya. Seperti perasaanku kepadanya. Aku tahu bahwa dia bukan
jodohku, sehingga aku berusaha untuk tak memilikinya. Walaupun ini menyakitkan
untukku. Tapi aku yakin dia sudah sangat bahagia dengan semua yang dia miliki
sekarang, dan aku berharap akupun sebahagia dia.
Selamat tinggal masa lalu, semoga
semua ini hanya menjadi kenangan yang terindah dan bukan hal yang memalukan
untukku. Karena kamu lah cinta yang tulus yang aku pernah miliki. Aku
mencintaimu tanpa syarat, tanpa aku harus memilikimu. Aku cukup senang bisa
mengenalmu dulu. Karena darimu aku mengerti arti sebuah cinta yang
sesungguhnya. Aku mencintaimu selalu.