Cinta Begini
by retno septiani
Namaku Septi.
Aku mempunyai pacar bernama Setyo. Aku kenal dia karena temanku. Aku juga tidak
tahu bagaimana itu terjadi. Awalnya dia sms aku, aku pun bingung nomor siapa
ini. Lalu aku membalas smsnya. Dari situlah aku mengenal Setyo. Sejak kenal
dia, dia orangnya baik dan cukup menarik untukku. Tak lama untuk kami menjadi
akrab. Aku pun sekali kenal dengan cowok akan selalu akrab dengan cepat. Itulah
awal perkenalanku dengannya. Aku pertama kali melihat dia secara langsung
ketika dia mengikutiku sampai rumah. Dia sengaja menungguku pulang sekolah. dia
menunggu di jalan bersama dengan temanku yang mengenalkanku ke dia. Aku pun
merasa grogi saat dia mengikuti aku. Akhirnya aku mengebut agar dia tak bisa di
sampingku. Namun yang namanya cowok, dia sangat cepat menyusulku. Hal itu pun
kalau sampai saat ini teringat sangat memalukan untukku. Namun tak apalah, itu
hanya masa lalu.
Hari demi hari,
kami semakin dekat. Dia juga sering mengikutiku pulang. Aku pun tak merasa
risih, hanya nyaman rasanya. Aku juga hanya menganggap hubungan ini hanya
sebatas teman saja. Lagi pula saat itu aku sedang menjalin hubungan dengan
Budi. Hubungan itu hampir 4 bulan. Dan aku pun hanya menganggap dia
menganggapku teman biasa juga. Semakin hari kami semakin dekat, dia juga
kadang-kadang berkata tentang cinta, namun aku pun hanya biasa saja. Karena aku
tak ingin terlalu gampang terayu oleh lelaki. Namun semakin kesini, dia semakin
mulai mengatakan cinta padaku. Walaupun aku tahu bahwa dia sebenarnya tak
mencintaiku. Lagipula kami baru mengenal dan mungkin belum ada sebulan. Aku pun
tak percaya dengan hal itu. Saat itu aku juga masih bersama Budi. Aku pun
bingung. Aku akhirnya meminta waktu satu minggu untuk memikirkannya. Walaupun
pada nyatanya aku tak pernah memikirkan hal itu. Karena aku punya prinsip untuk
selalu mencoba segala hal yang belum pernah aku coba.
16 April 2012,
dia mengajakku untuk pergi jalan-jalan. Aku pun menyetujuinya. Akhirnya pada
tanggal itu kami pergi. Kami pun tak tahu akan pergi kemana. Akhirnya kami
pergi ke pantai menganti. Disana cukup ramai, dan aku pun merasa malu saat itu.
Karena oleh penjaga parkir kami dibilang pasangan cocok, padahal kami belum
berpacaran. Tak hanya itu, para penjual dan orang yang lewat pun ikut
memandangi kami. Aku pun merasa risih. Kami pun jadi tak lama di situ. Aku pun
meminta untuk pulang saja. Namun ternyata dia hanya mengajakku ke pinggir jalan
saja. Aku agak sebel tapi tak apalah, lagipula kami sudah jauh-jauh ke sana.
Kami pun tak banyak mengobrol, karena aku tak tahu apa yang harus aku katakan
ke dia. Dia juga meminta jawaban dari pertanyaannya. Aku pun hanya menjawab
bahwa aku akan menjawabnya saat sampai di rumah. Kami juga tak terlalu lama di
sana, karena waktu semakin siang. Akhirnya kami pulang.
Sampai di rumah
aku pun tak menepati kata-kataku untuk menjawab pertanyaannya. Mungkin juga dia
kecewa, akhirnya dia pulang. Saat di sms pun aku tak terlalu cepat mengambil
keputusan. Aku selalu saja cuek. Dan sampai malam pun aku belum menjawabnya.
Hingga sekitar pukul 7 mungkin, aku mengatakan iya untuk menerimanya. Mungkin
ini memang salahku karena sebenarnya saat itu aku masih bersama Budi. Aku
memang tak memiliki perasaan. Aku menyakiti seseorang yang mungkin ku anggap
sudah lama bersamaku. Tapi saat itu aku belum sadar untuk berubah menyakiti
cowok. Aku pun biasa saja tanpa takut salah satu dari mereka tahu. Aku pun
hanya mencoba utnuk menjalin hubungan dengan Setyo.
Namun pada esok
harinya, tak tahu kenapa, aku memutuskan hubungan dengan Budi. Aku lupa alasan
aku memutuskan dia. Aku pun merasa bersalah, karena Budi marah padaku. Dia
marah karena aku telah memutuskannya. Sekali lagi aku hanya berpikir bahwa aku
memang tak punya hati. Aku jujur saja tak tahu alasannya. Mungkin ini memang
masalah hati. Aku berusaha menutupi semua ini. Tapi suatu ketika ternyata Setyo
telah mengetahui hal itu. Tak lama setelah aku putus dengan Budi. Aku pun hanya
bisa meminta maaf dan berharap bahwa dia akan memaafkan aku. Dan memang tuhan
itu baik, Setyo masih memberi aku kesempatan. Aku pun senang dengan hal itu.
Hari-hari aku lewati bersama Setyo dengan senang hati. Namun aku masih dalam
tahap mencoba dan aku belum mencintainya sama sekali. Mungkin dia juga seperti
itu. Tapi tak apalah ujarku. Cinta suatu saat akan tumbuh sendiri.
21 April 2012,
dia mengajakku ke bendungan. Aku pun menyetujui hal itu. Sorenya setelah aku
pulang sekolah, kami pergi bendungan. Saat itu aku cukup sakit hati, karena di
jalan dia sibuk sms. Aku pun sungguh kecewa dengan hal itu. Aku sengaja naik
motor dengan sangat pelan. Dia juga sebenarnya marah. Kami sampai di bendungan.
Dia mengajakku untuk naik, namun aku tolak karena kami membawa motor
masing-masing. Aku pun selalu menolak. Akhirnya dia pergi meninggalkanku
sendiri. Aku pun sangat marah dengan hal itu. Bayangkan saja, seorang gadis
ditinggal di bendungan sendirian ketika sore hari ketika keadaan rame dengan
laki-laki. Akhirnya aku pun pulang sendiri dengan rasa kecewa. Aku kira dia
telah pulang meninggalkanku, namun ternyata dia berhenti dan mungkin berencana
untuk menemuiku lagi. Aku pun yang melihatnya di jalan hanya biasa saja. Aku beranggapan dia melihatku, karena saat
itu aku pulang lewat depannya.
Sebelum pulang,
aku keliling Gombong untuk menenangkan pikiranku. Aku masih sangat marah
padanya. Saat di jalan, aku melihatnya. Dia berlawanan arah denganku. aku
semakin menambah kecepatan. Ternyata dia sedang mencariku. Dia telah ke rumahku
untuk mencari dan meminta maaf padaku. Dia berteriak memanggil namaku. Dia
berusaha meminta maaf padaku. Tapi aku tak menghiraukannya. Cukup lama dia
mengikutiku. Hingga sampai kami hampir dekat dengan rumahku, aku berkata akan
memaafkannya. Karena aku takut jika dia akan ikut ke rumahku jika dia tak aku
maafkan. Akhirnya dia pulang. Sampai di rumah aku pun masih kecewa. Dia pun
sudah meminta maaf. Aku pun hanya berfikir bahwa ini salahku juga. Untuk
mengganti kesalahanku, sabtu minggu depannya aku berusaha untuk bertemu dia
lagi. Akhirnya kami setuju.
Hari yang
direncanakan telah tiba. Setelah pulang sekolah kami pergi ke sebuah cafe di
bendungan. Tak lama kami di jalan. Aku pun baru pertama kali ke sana. Kami
duduk dan memesan soda. Dia dan aku pun masih terlihat cangguh untuk
berbincang-bincang. Maklum lah kami belum lama berpacaran. Kami baru 2 minggu
bersama. Tiba-tiba dia memberi aku sebuah cincin. Aku pun kaget melihatnya. Aku
coba pakai cincin itu. Cincin itu pas untukku. Dan aku pakai cincin itu. Itu
merupakan pemberian berarti untukku. Walaupun aku tak terlalu suka cincin,
apalagi yang terlalu besar. Namun aku tetap bersyukur. Kami cukup lama di sana.
Jujur saja, saat itu aku benar-benar merasa ada yang berubah. aku merasa sangat
cocok dengannya. Kejadian itu sangat mengesankan untukku.
Sejak kejadian
itu, aku merasa bahwa dia memang untukku. Ada kebiasaanku yang tak terjadi saat
dengannya. Aku mulai merasa cocok dan nyaman bersamanya. Aku semakin dekat
dengannya. Kami pun sering bertemu, walaupun itu di jalan. Namun aku rasa cukup
untuk awal hubungan kami. Ibuku pun tahu bahwa aku sedang menjalin hubungan dengannya.
Meski ibuku tak tahu wajahnya. Tapi aku cukup senang. Semakin hari aku mulai
menemukan kecocokan dengannya. Aku hanya berharap semua perasaan itu benar.
Walaupun ketika awal dengan dia, aku sering dekat dengan cowok lain dan bahkan
pernah diantar pulang oleh cowok lain tanpa sepengetahuan dia. Aku pun merasa
bersalah. Namun lagi-lagi Setyo tahu hal itu. Namun dia masih memaafkan aku.
Aku merasa senang. Selama pacaran kami sering bertengkar. Entah hal apa yang
menjadi masalah. Namun hampir setiap hari kami bertengkar. Namun aku menganggap
biasa saja. Selama dengannya pula, aku merasa tak pernah bosan. Selalu ada saja
hal baru yang kami bicarakan. Dari segala masalah dan hal yang ada.
Mungkin rasanya
tak enak jika harus selalu bertengkar. Tapi kami juga merasa tak terganggu.
Hari-hari kami lewati bersama. Sampai
kami tak ingin terpisah. Aku bahagia memilikinya. Aku juga berusaha jadi yang
terbaik untuknya, begitu pula dengannya. Hingga saat hubungan kami menginjak 4
bulan. Kami bertengkar hebat. Tak tahu masalah yang terjadi. Sifat
kekanak-kanakan kami keluar. Tak ada yang mau mengalah satu sama lain. Kami
saling cuek. Aku pun tak membalas smsnya. Hingga akhirnya dia mengucapkan kata
“maaf dan terima kasih”. Aku tak tahu artinya itu. Hingga aku bertanya
kepadanya. Dia menjawab bahwa dia ingin mengakhiri hubungan kami. Aku pun kaget
mendengarnya. Ini memang kesalahanku. Dan memang aku sengaja tak berkomunikasi
dengannya. Namun bukan perpisahann yang aku inginkan. Mendengar kata putus aku
pun sangat lemas. Hubungan yang selama ini aku jalani, tiba-tiba harus berakhir
begitu saja. Aku pun mulai menangis dan aku mengatakan bahwa aku tak ingin
putus. Dia pun bilang masih mencintaiku. Dia mengirim kata “sarangheo” yang
membuatku semakin menangis. Kami mulai bicara dari hati ke hati. Dan
alhamdulillah tuhan memberiku kesempatan untuk tetap bersamanya.
Sejak kejadiann
itu, aku mulai lebih berhati-hati dalam segala hal. Aku sudah tak pernah dekat
dengan cowok lain. Aku mulai setia. Dan rasa cintaku ke dia mulai tumbuh.
Mungkin karena kami sering ketemu dan bersama. Sehingga aku sangat bergantung
dengannya. Kami sudah mulai cocok dan serius. Karena dia juga pernah bilang
bahwa dia menjalin hubungan denganku dengan serius. Aku pun senang
mendengarnya. Dia bilang tak ingin putus dan dia akan setia denganku. kami pun
berjanji untuk menjaga hubungan ini sebaik mungkin. Kami berjanji bahwa tak ada
kata putus di antara kami. Dia juga selalu berdoa setelah sholat jumat untuk
hubungan kami. Saat itu aku mulai percaya bahwa dia tak playboy lagi seperti
dulu. Aku berdua memang benar-benar berubah.
Setyo merupakan
cowok terbaik yang pernah aku kenal. Dia tak pernah membuatku bosan. Aku merasa
nyaman saat di sampingnya. Dan ketika kami ingin pergi berdua pun selalu saja
jadi dan tidak pernah gagal. Itulah yang membuatku semakin yakin bahwa dia
jodohku. Dia juga telah menunjukkan kesetiaannya kepadaku. Dia pun telah
menguji kesetiaanku kepadanya. Aku semakin berharap padanya. Begitu pula
keluargaku yang sudah tahu dia. Walaupun hanya namanya saja. Namun itu cukup
untuk diriku. Dan bukan hanya keluargaku yang tahu. Teman-temanku pun tahu dia.
Aku pun agak malu jika banyak orang yang tahu. Namun tak apalah bagiku. Karena
aku menganggap aku serius bersamanya. Dan aku pun jadi tahu bagaimana respon
teman-teman dan keluarga tentang aku dan dia.
Apapun yang
terjadi dalam hidupku. Aku selalu ceritakan kepadanya. Hal apapun itu.
Menurutku aku merasa nyaman saat curhat dengannya. Dari hal yang pribadi sampai
umum. Begitu pula dengan dia. Namun dia tak terlalu banyak bercerita tentang
hidupnya. Dia hanya sering bercerita tentang apapun yang terjadi padanya, tanpa
ada unsur keluarga. Semua hal itu lah yang membuat aku mencintainya. Sehari
tanpa kabarnya mungkin rasanya hampa. Dan memang senyumnya yang membuat aku
kangen. Aku pun sering cemburu ketika dia bersama cewek lain. Walaupun mereka
hanya berbicara biasa saja. Dia juga tak suka kalau melihat aku smsan dengan
cowok lain. Dia pasti marah dan cemberut. Namun karena dia suka ngambek itulah
yang membuatku ketawa. Kami memang berdua sama-sama suka ngambek tak jelas.
Jadi ketika kami lagi marahan, tak ada yang mau mendahului untuk meminta maaf.
Pokoknya lucu sekali hubungan ini. Tapi aku menikmati hubungan ini. Dan aku
selalu berdoa dan berharap agar hubungan ini langgeng. Tak ada lagi kata
berpisah antara kami. Bersama selalu dalam suka maupun duka itulah harapan kami
berdua. Harapan yang selalu kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa.
13 september
2012, aku berulang tahun yang ke 17 tahun. Saat itu aku berharap mendapat
sesuatu yang istimewa di hari yang istimewa dan dari orang yang istimewa pula.
Namun ternyata tak ada sesuatu yang istimewa di hari itu. Dia pun
mengucapkannya telat. Tak tepat pukul 12 malam. Namun dia bilang bahwa sebenarnya
dia ingin mengucapkan tepat jam 12 malam. Namun oleh bapaknya dia sudah disuruh
untuk tidur, akhirnya dia tidur dan bangun sekitar jam 2 malam untuk
mengucapkan ulang tahun padaku. Aku memaklumi hal itu, yang terpenting dia
telah berusaha walaupun tak ada hal yang istimewa untukku. Hari ulang tahunku
telah berlalu. Semua harapanku telah aku buang. Hingga tiba saat nya pada 23
September 2012, kami pergi ke pantai. Kami pergi sudah siang hari. Jadi aku
berpikiran untuk hanya sebentar saja. Saat di sana tak ada hal yang istimewa.
Namun tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah mainan air. Dan dia bilang bahwa itu
untuk hadiah ulang tahunku. Aku pun senang menerimanya. Ternyata harapanku unuk
mendapat sesuatu darinya terkabul. Aku pun segera ingin pulang karena hari
semakin siang. Kami pun betukaran handphone.
Setelah kami
sampai rumah, aku pun agak tak enak
membawa handphonenya pulang. Lagipula batreinya tinggal sedikit sekali.
Akhirnya kami tetap bertukaran handphone. Karena dia ingin sekali minta fotoku.
Maklum saja, aku termasuk orang yang tak suka foto. Rasanya tak ingin menjadi
narsis. Namun demi dia, aku akan berusaha. Karena handphonenya akan low bad,
makanya aku cepat-cepat foto. Hanya 2 foto yang aku ambil. Lagi pula dia pun
telah mempunyai fotoku saat di pantai tadi. Dia mengambilnya tanpa
sepengetahuanku. Aku pun agak sedikit marah tadi. Dari siang sampai malam
handphonenya aku pegang.
Tapi karena aku
merasa tak enak memegang handphone orang lain walaupun itu pacarku sendiri.
Namun itu memang handphone cukup mahal. Jadi pada malam harinya aku berusaha
untuk mengembalikannya kepadanya. Malam harinya, aku berusaha ke rumahnya,
namun ternyata dia sedang keluar. Akhirnya aku susul ke tempat dia berada. Dia
berpikiran aku akan mengambil charger darinya. Namun ternyata aku mengembalikan
handphonenya. Aku takut handphonenya rusak olehku. Dan dari itu aku pun tahu
bahwa dia pernah mengerjaiku.
Namun setelah
pertemuan itu. Kami selalu berantem. Banyak sekali masalah yang lalu terungkit
lagi. Misalnya masalah cincin darinya yang tak pernah aku pakai, nomornya yang
tak pernah aku simpan, dan segala macam terungkit lagi. Aku pun muak. Dia sudah
jarang menghubungiku lagi. Dia mulai berubah. dia tak memperhatikanku lagi. Aku
pun mulai marah padanya. Hingga sampai suatu saat, 12 oktober 2012, saat malam
hari aku tak sengaja mengatakan “bosan” padanya. Namun aku sungguh tak berpikir
jika dengan kata-kata itu dia akan marah. Yang aku maksud adalah aku bosan
dengan sikapnya yang telah berubah dan sering menghilang. Dia pun menganggap
bahwa itu adalah kata putus. Dia pun bilang lebih baik kita putus saja. Namun
aku berkali-kali mengatakan bahwa bukan itu yang aku maksud. Aku hanya ingin
menyuruhnya seperti dulu lagi. Namun dia tak menghiraukanku lagi. Dia pun tak
membalas smsku yang terakhir. Aku pun hanya mengira bahwa pertengkaran tadi
malam hanya biasa saja. Esok harinya aku memakai cincinnya untuk pertama kali
setelah sekian lama aku tak memakainya. Dua hari aku tak mempunyai pulsa dan
aku tak berkomunikasi dengannya. Hari selanjutnya, dia sms aku dengan kata
“septi”, aku pun merasa ada yang aneh dengan dia memanggil nama padaku.
Walaupun kami tak pernah memanggil dengan nama sayang, namun dia tak pernah
memanggilku nama. Itu pun salah satu
alasan aku agak tak nyaman dengannya.
Namun aku hanya
diam. Terakhir dan pertama dia memanggilku “sayang” adalah ketika sehari
sebelum kami bertengkar. Aku pun agak kaget mendengarnya. Dia pun tumben sms
aku sampai dua kali. Dia pun menyadari pula bahwa dia baru pertama kali
memanggilku “sayang”. Namun semua kenangan indah itulah yang menjadi kenangan
terakhir dalam hidupku. Setelah aku mendengar alasan dia memanggil aku “septi”
karena kami telah putus saat malam itu. Aku pu kaget dan tak tahu apa yang
harus dilakukan. Namun awal putus, aku hanya biasa saja. Ibarat tak ada yang
terjadi. Dia pun selalu membuatku menangis setiap malam. Dia selalu mengirimkan
kata-kata tentang cinta. Dia pun terlihat masih sangat mencintaiku. Aku pun
tahu itu. Namun saat itu aku masih biasa saja. Andai saja aku mau, dia akan
kembali lagi padaku. Namun sekali lagi aku katakan bahwa saat pertama kali
putus aku masih biasa saja. sampai setelah 2 minggu kami berpisah. Aku mulai
merasa kehilangan. Aku mulai memintanya balikan. Namun dia tak mau. Aku pun
selalu meminta hingga memohon agar dia kembali padaku. Namun hasilnya nihil.
Aku pun sampai marah kke dia. Dia pun sampai risih. Kami pun sering berantem.
Padahal aku telah merelakan harga diriku untuk bisa kembali kepadanya. Karena
aku telah memohon-mohon untuk kembali ke dia. Hal itu pun sampai
berbulan-bulan. Hal itu sampai sekitar empat bulan. Namun semua itu tak merubah
keputusannya untuk tetap berpisah. Dia pun mengatakan tak ingin berpacaran
lagi. Aku pun mulai putus asa.
Setelah aku
putus aku tak berdaya. Seperti aku telah kehilangan separoh nyawaku. Tak ada
semangat hidup lagi. Semua semangatku telah pergi. Benar-benar aku baru pertama
kali merasakan yang namanya patah hati. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus
dilakukan. Berbulan-bulan aku memintanya untuk kembali. Namun aku ditolak
olehnya. Hingga sekitar bulan Februari 2013, aku mengatakan bahwa aku tak mau
lagi berhubungan dengannya lewat sms. Aku pun tak pernah ingin membalas smsnya.
Aku dan dia benar-benar kehilangan kontak. Aku sengaja pergi dari kehidupannya
agar bisa melupakannya. Semua yang berhubungan dengannya aku hindari. Mulai
dari facebook, nomor, sampai hal-hal yang menyangkutnya. Aku benar-benar ingin
move on. Aku pun menepati janjiku. Tak ada lagi komunikasi antara kami berdua.
Aku pun tak tahu bagaimana keadaannya, kabarnya, dan semua hal mengenainya. Aku
pun tak ingin tahu apa-apa lagi tentang dia. Dari hal kecil sampai hal besar.
Namun ternyata hal ini tak bisa membuatku melupakannya. Karena keluargaku yang
mengungkit-ungkit masa lalu, sampai te. man-temanku yang melakukan hal yang
sama. Padahal aku telah berusaha lupakan dia. Aku pun berusaha dekat dengan
cowok lain. Namun hal itu tak menjadi solusi. Semuanya tetap sama. Apalagi
ketika seorang temanku yang bernama “rahma” mengatakan bahwa setyo tanya-tanya
tentang aku. Tentang nomor handphoneku. Aku pun hanya merasa bahwa dia masih
mencintaiku. Teman-temanku pun bilang bahwa dia masih mencintaiku. Aku pun hanya biasa saja. rahma pun bilang bahwa Setyo
sering tanya-tanya nomorku. Namun aku tak menganggap hal itu penting. Apalagi
setelah aku punya cowok baru. Aku tak pernah menganggapnya ada. Aku mulai bisa
move on, walaupun aku tak bisa menghilangkannya dari pikiranku. Dan jujur saja
bahwa aku masih sangat mencintainya. Hingga saatnya dia menghubungiku lagi. Aku
pun senang sebenarnya dia sms aku lagi. Namun aku tak harus berharap lebih
padanya. Aku hanya ingin menganggap dia teman dan aku harus menghargai pacarku.
Saat itu smsannya masih biasa saja. namun semakin hari, dia mulai mengajakku bertemu.
Namun aku tolak. Aku teringat saat dia menolak untuk kembali padaku. dia pun
agak marah mungkin. Mungkin juga dia tak tahu bahwa aku telah memiliki kekasih
hati. Aku pun tak ingin dia tahu bahwa aku telah memiliki kekasih. Karena
sejujurnya aku masih sangat mengharapkannya. Aku berpacaran dengan Eza pun
hanya sebatas tempat curat dan agar aku terlihat kuat di mata Setyo. Namun
bukan berarti aku menganggapnya sebagai pelampiasan. Aku pun berusaha jadi yang
terbaik untuk Eza walaupun aku masih mencintai Setyo.
Berkali-kali
Setyo memintaku untuk pergi dengannya. Namun aku tolak. Hingga suatu saat aku
mengatakan bahwa aku telah mempunyai pacar. Dia pun agak marah kayaknya. Aku
pun hanya merasakan puas jika memang dia merasa cemburu. Aku hanya tak ingin harapan
untuk kembali padanya tambah besar padahal dia tak memberi harapan itu. Aku
hanya ingin bangkit dari keterpurukan. Aku ingin melupakan masa lalu walaupun
itu sulit. Namun setidaknya aku hanya ingin terlihat lebih kuat. Namun setelah
beberapa hari aku mengatakan bahwa aku telah memiliki kekasih padanya. Aku
memutuskan untuk berpisah dengan Eza. Setelah enam bulan lebih aku bersamanya.
Aku pun tak tahu apakah keputusanku benar atau tidak. Namun aku yakin bahwa ini
yang terbaik untukku dan Eza. Aku pun tak ingin selamanya berbohong tentang
perasaanku. Aku tak ingin mengingkari hatiku sendiri. Aku tak pernah mencintai
Eza. Aku pun tahu bagaimana perasaan Eza. Karena aku pernah mengalami hal itu.
Namun aku tak tahu bagaimana isi hatiku sendiri. Aku memang kejam. Aku egois.
Aku tak pernah merasakan perasaan orang lain. Yang aku pikirkan hanyalah diriku
sendiri. Inilah sebuah cerita cinta, cinta yang begitu membingungkan. Aku hanya
berpikir bahwa saat ini aku hanya ingin sendiri. Tak ingin menjadi dan memiliki
siapapun juga. Walaupun memang rasanya hampa tanpa kekasih. Namun ini yang
terbaik agar aku tak menyakiti hati orang lain lagi. Cukup sudah kelakuanku
yang selalu menyakiti hati cowok. Satu tekadku hanyalah melanjutkan masa depan
tanpa ada bayang-bayang masa lalu, masa lalu hanya sebagai pedoman tindakan
agar aku tak mengulangnya lagi. Setidaknya mereka telah membuat aku berubah.
Saat bersama
Setyo, aku tahu bahwa setia itu indah. Bahwa cinta itu ada. Bahwa rasa cemburu
itu memang menyakitkan. Bahwa mencintai dan dicintai itu jauh lebih baik. Dan
tahu bahwa patah hati itu memang menyakitkan. Dan semua hal yang baik-baik.
Sedangkan dengan Eza, aku mulai belajar dewasa. Belajar tak mudah marah. Lebih
bisa belajar sabar. Dan semuanya itu mempunyai arti. Aku tak pernah menyesali
memiliki mereka. Aku bangga memiliki mereka. Namun itu hanya lah sepenggal
kisah cinta Septi. Mungkin setiap orang berbeda dalam pendapat. Namun itu
memang yang terbaik. Perbedaan adalah yang paling indah. Untuk masa laluku
selamat tinggal. Bye!!