Saturday, September 19, 2015

cerita pendek menyedihkan terbaru



Cinta Begini
by retno septiani

Namaku Septi. Aku mempunyai pacar bernama Setyo. Aku kenal dia karena temanku. Aku juga tidak tahu bagaimana itu terjadi. Awalnya dia sms aku, aku pun bingung nomor siapa ini. Lalu aku membalas smsnya. Dari situlah aku mengenal Setyo. Sejak kenal dia, dia orangnya baik dan cukup menarik untukku. Tak lama untuk kami menjadi akrab. Aku pun sekali kenal dengan cowok akan selalu akrab dengan cepat. Itulah awal perkenalanku dengannya. Aku pertama kali melihat dia secara langsung ketika dia mengikutiku sampai rumah. Dia sengaja menungguku pulang sekolah. dia menunggu di jalan bersama dengan temanku yang mengenalkanku ke dia. Aku pun merasa grogi saat dia mengikuti aku. Akhirnya aku mengebut agar dia tak bisa di sampingku. Namun yang namanya cowok, dia sangat cepat menyusulku. Hal itu pun kalau sampai saat ini teringat sangat memalukan untukku. Namun tak apalah, itu hanya masa lalu.
Hari demi hari, kami semakin dekat. Dia juga sering mengikutiku pulang. Aku pun tak merasa risih, hanya nyaman rasanya. Aku juga hanya menganggap hubungan ini hanya sebatas teman saja. Lagi pula saat itu aku sedang menjalin hubungan dengan Budi. Hubungan itu hampir 4 bulan. Dan aku pun hanya menganggap dia menganggapku teman biasa juga. Semakin hari kami semakin dekat, dia juga kadang-kadang berkata tentang cinta, namun aku pun hanya biasa saja. Karena aku tak ingin terlalu gampang terayu oleh lelaki. Namun semakin kesini, dia semakin mulai mengatakan cinta padaku. Walaupun aku tahu bahwa dia sebenarnya tak mencintaiku. Lagipula kami baru mengenal dan mungkin belum ada sebulan. Aku pun tak percaya dengan hal itu. Saat itu aku juga masih bersama Budi. Aku pun bingung. Aku akhirnya meminta waktu satu minggu untuk memikirkannya. Walaupun pada nyatanya aku tak pernah memikirkan hal itu. Karena aku punya prinsip untuk selalu mencoba segala hal yang belum pernah aku coba.
16 April 2012, dia mengajakku untuk pergi jalan-jalan. Aku pun menyetujuinya. Akhirnya pada tanggal itu kami pergi. Kami pun tak tahu akan pergi kemana. Akhirnya kami pergi ke pantai menganti. Disana cukup ramai, dan aku pun merasa malu saat itu. Karena oleh penjaga parkir kami dibilang pasangan cocok, padahal kami belum berpacaran. Tak hanya itu, para penjual dan orang yang lewat pun ikut memandangi kami. Aku pun merasa risih. Kami pun jadi tak lama di situ. Aku pun meminta untuk pulang saja. Namun ternyata dia hanya mengajakku ke pinggir jalan saja. Aku agak sebel tapi tak apalah, lagipula kami sudah jauh-jauh ke sana. Kami pun tak banyak mengobrol, karena aku tak tahu apa yang harus aku katakan ke dia. Dia juga meminta jawaban dari pertanyaannya. Aku pun hanya menjawab bahwa aku akan menjawabnya saat sampai di rumah. Kami juga tak terlalu lama di sana, karena waktu semakin siang. Akhirnya kami pulang.
Sampai di rumah aku pun tak menepati kata-kataku untuk menjawab pertanyaannya. Mungkin juga dia kecewa, akhirnya dia pulang. Saat di sms pun aku tak terlalu cepat mengambil keputusan. Aku selalu saja cuek. Dan sampai malam pun aku belum menjawabnya. Hingga sekitar pukul 7 mungkin, aku mengatakan iya untuk menerimanya. Mungkin ini memang salahku karena sebenarnya saat itu aku masih bersama Budi. Aku memang tak memiliki perasaan. Aku menyakiti seseorang yang mungkin ku anggap sudah lama bersamaku. Tapi saat itu aku belum sadar untuk berubah menyakiti cowok. Aku pun biasa saja tanpa takut salah satu dari mereka tahu. Aku pun hanya mencoba utnuk menjalin hubungan dengan Setyo.

Namun pada esok harinya, tak tahu kenapa, aku memutuskan hubungan dengan Budi. Aku lupa alasan aku memutuskan dia. Aku pun merasa bersalah, karena Budi marah padaku. Dia marah karena aku telah memutuskannya. Sekali lagi aku hanya berpikir bahwa aku memang tak punya hati. Aku jujur saja tak tahu alasannya. Mungkin ini memang masalah hati. Aku berusaha menutupi semua ini. Tapi suatu ketika ternyata Setyo telah mengetahui hal itu. Tak lama setelah aku putus dengan Budi. Aku pun hanya bisa meminta maaf dan berharap bahwa dia akan memaafkan aku. Dan memang tuhan itu baik, Setyo masih memberi aku kesempatan. Aku pun senang dengan hal itu. Hari-hari aku lewati bersama Setyo dengan senang hati. Namun aku masih dalam tahap mencoba dan aku belum mencintainya sama sekali. Mungkin dia juga seperti itu. Tapi tak apalah ujarku. Cinta suatu saat akan tumbuh sendiri.
21 April 2012, dia mengajakku ke bendungan. Aku pun menyetujui hal itu. Sorenya setelah aku pulang sekolah, kami pergi bendungan. Saat itu aku cukup sakit hati, karena di jalan dia sibuk sms. Aku pun sungguh kecewa dengan hal itu. Aku sengaja naik motor dengan sangat pelan. Dia juga sebenarnya marah. Kami sampai di bendungan. Dia mengajakku untuk naik, namun aku tolak karena kami membawa motor masing-masing. Aku pun selalu menolak. Akhirnya dia pergi meninggalkanku sendiri. Aku pun sangat marah dengan hal itu. Bayangkan saja, seorang gadis ditinggal di bendungan sendirian ketika sore hari ketika keadaan rame dengan laki-laki. Akhirnya aku pun pulang sendiri dengan rasa kecewa. Aku kira dia telah pulang meninggalkanku, namun ternyata dia berhenti dan mungkin berencana untuk menemuiku lagi. Aku pun yang melihatnya di jalan hanya biasa saja.  Aku beranggapan dia melihatku, karena saat itu aku pulang lewat depannya.
Sebelum pulang, aku keliling Gombong untuk menenangkan pikiranku. Aku masih sangat marah padanya. Saat di jalan, aku melihatnya. Dia berlawanan arah denganku. aku semakin menambah kecepatan. Ternyata dia sedang mencariku. Dia telah ke rumahku untuk mencari dan meminta maaf padaku. Dia berteriak memanggil namaku. Dia berusaha meminta maaf padaku. Tapi aku tak menghiraukannya. Cukup lama dia mengikutiku. Hingga sampai kami hampir dekat dengan rumahku, aku berkata akan memaafkannya. Karena aku takut jika dia akan ikut ke rumahku jika dia tak aku maafkan. Akhirnya dia pulang. Sampai di rumah aku pun masih kecewa. Dia pun sudah meminta maaf. Aku pun hanya berfikir bahwa ini salahku juga. Untuk mengganti kesalahanku, sabtu minggu depannya aku berusaha untuk bertemu dia lagi. Akhirnya kami setuju.
Hari yang direncanakan telah tiba. Setelah pulang sekolah kami pergi ke sebuah cafe di bendungan. Tak lama kami di jalan. Aku pun baru pertama kali ke sana. Kami duduk dan memesan soda. Dia dan aku pun masih terlihat cangguh untuk berbincang-bincang. Maklum lah kami belum lama berpacaran. Kami baru 2 minggu bersama. Tiba-tiba dia memberi aku sebuah cincin. Aku pun kaget melihatnya. Aku coba pakai cincin itu. Cincin itu pas untukku. Dan aku pakai cincin itu. Itu merupakan pemberian berarti untukku. Walaupun aku tak terlalu suka cincin, apalagi yang terlalu besar. Namun aku tetap bersyukur. Kami cukup lama di sana. Jujur saja, saat itu aku benar-benar merasa ada yang berubah. aku merasa sangat cocok dengannya. Kejadian itu sangat mengesankan untukku.
Sejak kejadian itu, aku merasa bahwa dia memang untukku. Ada kebiasaanku yang tak terjadi saat dengannya. Aku mulai merasa cocok dan nyaman bersamanya. Aku semakin dekat dengannya. Kami pun sering bertemu, walaupun itu di jalan. Namun aku rasa cukup untuk awal hubungan kami. Ibuku pun tahu bahwa aku sedang menjalin hubungan dengannya. Meski ibuku tak tahu wajahnya. Tapi aku cukup senang. Semakin hari aku mulai menemukan kecocokan dengannya. Aku hanya berharap semua perasaan itu benar. Walaupun ketika awal dengan dia, aku sering dekat dengan cowok lain dan bahkan pernah diantar pulang oleh cowok lain tanpa sepengetahuan dia. Aku pun merasa bersalah. Namun lagi-lagi Setyo tahu hal itu. Namun dia masih memaafkan aku. Aku merasa senang. Selama pacaran kami sering bertengkar. Entah hal apa yang menjadi masalah. Namun hampir setiap hari kami bertengkar. Namun aku menganggap biasa saja. Selama dengannya pula, aku merasa tak pernah bosan. Selalu ada saja hal baru yang kami bicarakan. Dari segala masalah dan hal yang ada.
Mungkin rasanya tak enak jika harus selalu bertengkar. Tapi kami juga merasa tak terganggu. Hari-hari  kami lewati bersama. Sampai kami tak ingin terpisah. Aku bahagia memilikinya. Aku juga berusaha jadi yang terbaik untuknya, begitu pula dengannya. Hingga saat hubungan kami menginjak 4 bulan. Kami bertengkar hebat. Tak tahu masalah yang terjadi. Sifat kekanak-kanakan kami keluar. Tak ada yang mau mengalah satu sama lain. Kami saling cuek. Aku pun tak membalas smsnya. Hingga akhirnya dia mengucapkan kata “maaf dan terima kasih”. Aku tak tahu artinya itu. Hingga aku bertanya kepadanya. Dia menjawab bahwa dia ingin mengakhiri hubungan kami. Aku pun kaget mendengarnya. Ini memang kesalahanku. Dan memang aku sengaja tak berkomunikasi dengannya. Namun bukan perpisahann yang aku inginkan. Mendengar kata putus aku pun sangat lemas. Hubungan yang selama ini aku jalani, tiba-tiba harus berakhir begitu saja. Aku pun mulai menangis dan aku mengatakan bahwa aku tak ingin putus. Dia pun bilang masih mencintaiku. Dia mengirim kata “sarangheo” yang membuatku semakin menangis. Kami mulai bicara dari hati ke hati. Dan alhamdulillah tuhan memberiku kesempatan untuk tetap bersamanya.
Sejak kejadiann itu, aku mulai lebih berhati-hati dalam segala hal. Aku sudah tak pernah dekat dengan cowok lain. Aku mulai setia. Dan rasa cintaku ke dia mulai tumbuh. Mungkin karena kami sering ketemu dan bersama. Sehingga aku sangat bergantung dengannya. Kami sudah mulai cocok dan serius. Karena dia juga pernah bilang bahwa dia menjalin hubungan denganku dengan serius. Aku pun senang mendengarnya. Dia bilang tak ingin putus dan dia akan setia denganku. kami pun berjanji untuk menjaga hubungan ini sebaik mungkin. Kami berjanji bahwa tak ada kata putus di antara kami. Dia juga selalu berdoa setelah sholat jumat untuk hubungan kami. Saat itu aku mulai percaya bahwa dia tak playboy lagi seperti dulu. Aku berdua memang benar-benar berubah.
Setyo merupakan cowok terbaik yang pernah aku kenal. Dia tak pernah membuatku bosan. Aku merasa nyaman saat di sampingnya. Dan ketika kami ingin pergi berdua pun selalu saja jadi dan tidak pernah gagal. Itulah yang membuatku semakin yakin bahwa dia jodohku. Dia juga telah menunjukkan kesetiaannya kepadaku. Dia pun telah menguji kesetiaanku kepadanya. Aku semakin berharap padanya. Begitu pula keluargaku yang sudah tahu dia. Walaupun hanya namanya saja. Namun itu cukup untuk diriku. Dan bukan hanya keluargaku yang tahu. Teman-temanku pun tahu dia. Aku pun agak malu jika banyak orang yang tahu. Namun tak apalah bagiku. Karena aku menganggap aku serius bersamanya. Dan aku pun jadi tahu bagaimana respon teman-teman dan keluarga tentang aku dan dia.
Apapun yang terjadi dalam hidupku. Aku selalu ceritakan kepadanya. Hal apapun itu. Menurutku aku merasa nyaman saat curhat dengannya. Dari hal yang pribadi sampai umum. Begitu pula dengan dia. Namun dia tak terlalu banyak bercerita tentang hidupnya. Dia hanya sering bercerita tentang apapun yang terjadi padanya, tanpa ada unsur keluarga. Semua hal itu lah yang membuat aku mencintainya. Sehari tanpa kabarnya mungkin rasanya hampa. Dan memang senyumnya yang membuat aku kangen. Aku pun sering cemburu ketika dia bersama cewek lain. Walaupun mereka hanya berbicara biasa saja. Dia juga tak suka kalau melihat aku smsan dengan cowok lain. Dia pasti marah dan cemberut. Namun karena dia suka ngambek itulah yang membuatku ketawa. Kami memang berdua sama-sama suka ngambek tak jelas. Jadi ketika kami lagi marahan, tak ada yang mau mendahului untuk meminta maaf. Pokoknya lucu sekali hubungan ini. Tapi aku menikmati hubungan ini. Dan aku selalu berdoa dan berharap agar hubungan ini langgeng. Tak ada lagi kata berpisah antara kami. Bersama selalu dalam suka maupun duka itulah harapan kami berdua. Harapan yang selalu kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa.
13 september 2012, aku berulang tahun yang ke 17 tahun. Saat itu aku berharap mendapat sesuatu yang istimewa di hari yang istimewa dan dari orang yang istimewa pula. Namun ternyata tak ada sesuatu yang istimewa di hari itu. Dia pun mengucapkannya telat. Tak tepat pukul 12 malam. Namun dia bilang bahwa sebenarnya dia ingin mengucapkan tepat jam 12 malam. Namun oleh bapaknya dia sudah disuruh untuk tidur, akhirnya dia tidur dan bangun sekitar jam 2 malam untuk mengucapkan ulang tahun padaku. Aku memaklumi hal itu, yang terpenting dia telah berusaha walaupun tak ada hal yang istimewa untukku. Hari ulang tahunku telah berlalu. Semua harapanku telah aku buang. Hingga tiba saat nya pada 23 September 2012, kami pergi ke pantai. Kami pergi sudah siang hari. Jadi aku berpikiran untuk hanya sebentar saja. Saat di sana tak ada hal yang istimewa. Namun tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah mainan air. Dan dia bilang bahwa itu untuk hadiah ulang tahunku. Aku pun senang menerimanya. Ternyata harapanku unuk mendapat sesuatu darinya terkabul. Aku pun segera ingin pulang karena hari semakin siang. Kami pun betukaran handphone.
Setelah kami sampai rumah, aku pun agak  tak enak membawa handphonenya pulang. Lagipula batreinya tinggal sedikit sekali. Akhirnya kami tetap bertukaran handphone. Karena dia ingin sekali minta fotoku. Maklum saja, aku termasuk orang yang tak suka foto. Rasanya tak ingin menjadi narsis. Namun demi dia, aku akan berusaha. Karena handphonenya akan low bad, makanya aku cepat-cepat foto. Hanya 2 foto yang aku ambil. Lagi pula dia pun telah mempunyai fotoku saat di pantai tadi. Dia mengambilnya tanpa sepengetahuanku. Aku pun agak sedikit marah tadi. Dari siang sampai malam handphonenya aku pegang.
Tapi karena aku merasa tak enak memegang handphone orang lain walaupun itu pacarku sendiri. Namun itu memang handphone cukup mahal. Jadi pada malam harinya aku berusaha untuk mengembalikannya kepadanya. Malam harinya, aku berusaha ke rumahnya, namun ternyata dia sedang keluar. Akhirnya aku susul ke tempat dia berada. Dia berpikiran aku akan mengambil charger darinya. Namun ternyata aku mengembalikan handphonenya. Aku takut handphonenya rusak olehku. Dan dari itu aku pun tahu bahwa dia pernah mengerjaiku.
Namun setelah pertemuan itu. Kami selalu berantem. Banyak sekali masalah yang lalu terungkit lagi. Misalnya masalah cincin darinya yang tak pernah aku pakai, nomornya yang tak pernah aku simpan, dan segala macam terungkit lagi. Aku pun muak. Dia sudah jarang menghubungiku lagi. Dia mulai berubah. dia tak memperhatikanku lagi. Aku pun mulai marah padanya. Hingga sampai suatu saat, 12 oktober 2012, saat malam hari aku tak sengaja mengatakan “bosan” padanya. Namun aku sungguh tak berpikir jika dengan kata-kata itu dia akan marah. Yang aku maksud adalah aku bosan dengan sikapnya yang telah berubah dan sering menghilang. Dia pun menganggap bahwa itu adalah kata putus. Dia pun bilang lebih baik kita putus saja. Namun aku berkali-kali mengatakan bahwa bukan itu yang aku maksud. Aku hanya ingin menyuruhnya seperti dulu lagi. Namun dia tak menghiraukanku lagi. Dia pun tak membalas smsku yang terakhir. Aku pun hanya mengira bahwa pertengkaran tadi malam hanya biasa saja. Esok harinya aku memakai cincinnya untuk pertama kali setelah sekian lama aku tak memakainya. Dua hari aku tak mempunyai pulsa dan aku tak berkomunikasi dengannya. Hari selanjutnya, dia sms aku dengan kata “septi”, aku pun merasa ada yang aneh dengan dia memanggil nama padaku. Walaupun kami tak pernah memanggil dengan nama sayang, namun dia tak pernah memanggilku nama. Itu pun  salah satu alasan aku agak tak nyaman dengannya.
Namun aku hanya diam. Terakhir dan pertama dia memanggilku “sayang” adalah ketika sehari sebelum kami bertengkar. Aku pun agak kaget mendengarnya. Dia pun tumben sms aku sampai dua kali. Dia pun menyadari pula bahwa dia baru pertama kali memanggilku “sayang”. Namun semua kenangan indah itulah yang menjadi kenangan terakhir dalam hidupku. Setelah aku mendengar alasan dia memanggil aku “septi” karena kami telah putus saat malam itu. Aku pu kaget dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun awal putus, aku hanya biasa saja. Ibarat tak ada yang terjadi. Dia pun selalu membuatku menangis setiap malam. Dia selalu mengirimkan kata-kata tentang cinta. Dia pun terlihat masih sangat mencintaiku. Aku pun tahu itu. Namun saat itu aku masih biasa saja. Andai saja aku mau, dia akan kembali lagi padaku. Namun sekali lagi aku katakan bahwa saat pertama kali putus aku masih biasa saja. sampai setelah 2 minggu kami berpisah. Aku mulai merasa kehilangan. Aku mulai memintanya balikan. Namun dia tak mau. Aku pun selalu meminta hingga memohon agar dia kembali padaku. Namun hasilnya nihil. Aku pun sampai marah kke dia. Dia pun sampai risih. Kami pun sering berantem. Padahal aku telah merelakan harga diriku untuk bisa kembali kepadanya. Karena aku telah memohon-mohon untuk kembali ke dia. Hal itu pun sampai berbulan-bulan. Hal itu sampai sekitar empat bulan. Namun semua itu tak merubah keputusannya untuk tetap berpisah. Dia pun mengatakan tak ingin berpacaran lagi. Aku pun mulai putus asa.
Setelah aku putus aku tak berdaya. Seperti aku telah kehilangan separoh nyawaku. Tak ada semangat hidup lagi. Semua semangatku telah pergi. Benar-benar aku baru pertama kali merasakan yang namanya patah hati. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan. Berbulan-bulan aku memintanya untuk kembali. Namun aku ditolak olehnya. Hingga sekitar bulan Februari 2013, aku mengatakan bahwa aku tak mau lagi berhubungan dengannya lewat sms. Aku pun tak pernah ingin membalas smsnya. Aku dan dia benar-benar kehilangan kontak. Aku sengaja pergi dari kehidupannya agar bisa melupakannya. Semua yang berhubungan dengannya aku hindari. Mulai dari facebook, nomor, sampai hal-hal yang menyangkutnya. Aku benar-benar ingin move on. Aku pun menepati janjiku. Tak ada lagi komunikasi antara kami berdua. Aku pun tak tahu bagaimana keadaannya, kabarnya, dan semua hal mengenainya. Aku pun tak ingin tahu apa-apa lagi tentang dia. Dari hal kecil sampai hal besar. Namun ternyata hal ini tak bisa membuatku melupakannya. Karena keluargaku yang mengungkit-ungkit masa lalu, sampai te. man-temanku yang melakukan hal yang sama. Padahal aku telah berusaha lupakan dia. Aku pun berusaha dekat dengan cowok lain. Namun hal itu tak menjadi solusi. Semuanya tetap sama. Apalagi ketika seorang temanku yang bernama “rahma” mengatakan bahwa setyo tanya-tanya tentang aku. Tentang nomor handphoneku. Aku pun hanya merasa bahwa dia masih mencintaiku. Teman-temanku pun bilang bahwa dia masih mencintaiku. Aku pun  hanya biasa saja. rahma pun bilang bahwa Setyo sering tanya-tanya nomorku. Namun aku tak menganggap hal itu penting. Apalagi setelah aku punya cowok baru. Aku tak pernah menganggapnya ada. Aku mulai bisa move on, walaupun aku tak bisa menghilangkannya dari pikiranku. Dan jujur saja bahwa aku masih sangat mencintainya. Hingga saatnya dia menghubungiku lagi. Aku pun senang sebenarnya dia sms aku lagi. Namun aku tak harus berharap lebih padanya. Aku hanya ingin menganggap dia teman dan aku harus menghargai pacarku. Saat itu smsannya masih biasa saja. namun semakin hari, dia mulai mengajakku bertemu. Namun aku tolak. Aku teringat saat dia menolak untuk kembali padaku. dia pun agak marah mungkin. Mungkin juga dia tak tahu bahwa aku telah memiliki kekasih hati. Aku pun tak ingin dia tahu bahwa aku telah memiliki kekasih. Karena sejujurnya aku masih sangat mengharapkannya. Aku berpacaran dengan Eza pun hanya sebatas tempat curat dan agar aku terlihat kuat di mata Setyo. Namun bukan berarti aku menganggapnya sebagai pelampiasan. Aku pun berusaha jadi yang terbaik untuk Eza walaupun aku masih mencintai Setyo.
Berkali-kali Setyo memintaku untuk pergi dengannya. Namun aku tolak. Hingga suatu saat aku mengatakan bahwa aku telah mempunyai pacar. Dia pun agak marah kayaknya. Aku pun hanya merasakan puas jika memang dia merasa cemburu. Aku hanya tak ingin harapan untuk kembali padanya tambah besar padahal dia tak memberi harapan itu. Aku hanya ingin bangkit dari keterpurukan. Aku ingin melupakan masa lalu walaupun itu sulit. Namun setidaknya aku hanya ingin terlihat lebih kuat. Namun setelah beberapa hari aku mengatakan bahwa aku telah memiliki kekasih padanya. Aku memutuskan untuk berpisah dengan Eza. Setelah enam bulan lebih aku bersamanya. Aku pun tak tahu apakah keputusanku benar atau tidak. Namun aku yakin bahwa ini yang terbaik untukku dan Eza. Aku pun tak ingin selamanya berbohong tentang perasaanku. Aku tak ingin mengingkari hatiku sendiri. Aku tak pernah mencintai Eza. Aku pun tahu bagaimana perasaan Eza. Karena aku pernah mengalami hal itu. Namun aku tak tahu bagaimana isi hatiku sendiri. Aku memang kejam. Aku egois. Aku tak pernah merasakan perasaan orang lain. Yang aku pikirkan hanyalah diriku sendiri. Inilah sebuah cerita cinta, cinta yang begitu membingungkan. Aku hanya berpikir bahwa saat ini aku hanya ingin sendiri. Tak ingin menjadi dan memiliki siapapun juga. Walaupun memang rasanya hampa tanpa kekasih. Namun ini yang terbaik agar aku tak menyakiti hati orang lain lagi. Cukup sudah kelakuanku yang selalu menyakiti hati cowok. Satu tekadku hanyalah melanjutkan masa depan tanpa ada bayang-bayang masa lalu, masa lalu hanya sebagai pedoman tindakan agar aku tak mengulangnya lagi. Setidaknya mereka telah membuat aku berubah.
Saat bersama Setyo, aku tahu bahwa setia itu indah. Bahwa cinta itu ada. Bahwa rasa cemburu itu memang menyakitkan. Bahwa mencintai dan dicintai itu jauh lebih baik. Dan tahu bahwa patah hati itu memang menyakitkan. Dan semua hal yang baik-baik. Sedangkan dengan Eza, aku mulai belajar dewasa. Belajar tak mudah marah. Lebih bisa belajar sabar. Dan semuanya itu mempunyai arti. Aku tak pernah menyesali memiliki mereka. Aku bangga memiliki mereka. Namun itu hanya lah sepenggal kisah cinta Septi. Mungkin setiap orang berbeda dalam pendapat. Namun itu memang yang terbaik. Perbedaan adalah yang paling indah. Untuk masa laluku selamat tinggal. Bye!!