Namanya Navia.
Dia seorang gadis yang cantik, baik dan mungkin bisa dianggap sempurna oleh
orang yang mengenal. Mungkin memang pantas julukan itu untuknya. Aku pun merasa
seperti itu. Sejak pertama kali aku mengenalnya. Semenjak aku pindah ke
kompleks rumahnya. Aku sering bersamanya di setiap kesempatan. Karena kebaikan
hatinya dan karena kebiasaanku bersamanya, lama kelamaan aku mulai menyukainya
diam-diam. Tanpa dia tahu tentang perasaanku. Karena dia juga telah memiliki
kekasih yang sangat dia cintai. Lagi pula mereka sudah berhubungan lama sebelum
aku datang ke dalam kehidupan mereka. Nadia pun sering cerita tentang hubungan
mereka. Dan saat bercerita pun Nadia terlihat sangat bahagia memiliki seorang
lelaki yang sangat mencintainya. Dan karena itu pula aku lebih baik memendam
perasaanku.
“Kak Andi,”teriaknya Nadia.
Memanggilku dari lamunanku dan itu membuatku kaget. Karena dari tadi aku hanya
melamun tentang Nadia. Walaupun usia kita sama, namun dia memanggilku kakak,
katanya sebutan itu lebih enak didengar.
Sebenarnya aku lebih suka dipanggil nama saja. Namun tak apalah, yang penting
Nada senang.
“Iya Nad, ada apa? Mengagetkan saja
kamu ini.”jawabku kepadanya.
“Siang-siang begini saja sudah
melamun, bagaimana kalau malam hari.”kata Nadia.
“Iya..iya bawel.”gertaku
kepadanya.Dia pun sedikit manyun ketika aku memanggilnya bawel. Namun bagaimana
pun keadaannya, baik marah, senang maupun sedih, dia tetap cantik. Apalagi
ketika dia sedang marah seperti ini. Makanya aku sering membuatnya manyun.
“Kakak lagi sibuk tidak?” tanyanya.
“Tidak, emang kenapa Nad,?”jawabku.
“Kamu bisa nemenin aku belanja
gak?”pintanya.
“Dimana dan kapan?”tanyaku dengan
semangat.
“Di lapangan dan tahun
depan.”gertaknya dengan ketawa. Aku pun ikut ketawa sambil meledeknya pula.
“Ayo, mau sepakbola sekalian apa
sambil potong rumput.”ledekku.
“Siapa takut?”tantangnya.
“Hm. Memang mau belanja dimana?”
“Di tempat biasa, aku mau membeli
sesuatu untuk Angga.”Angga adalah pacarnya yang mungkin sekitar 4 tahun
bersamanya.
“Memang mau membeli apa untuknya?
Dia ulang tahun apa?”kataku.
“Memang yang namanya memberi hadiah
harus saat dia ulang tahun, tidak kan. Aku hanya ingin memberinya sesuatu yang
berharga. Sekali-kali tak apa kan.” Jawabnya.
Sebenarnya dalam
hatiku sangat sakit mendengar bahwa Nadia akan membeli sesuatu yang berharga
untuk seseorang yang berharga pula. Namun tak apa lah. Aku harus terlihat
tegar.
“Iya udah yuk berangkat.” Kataku
tak panjang lebar.
Kemudian kami
berangkat dengan motorku. Sengaja aku pilih jalan yang agak jauh dari biasa
agar aku bisa lebih lama lagi dengan Nadia. Mungkin setidaknya bisa lebih
banyak bersamanya. Karena seminggu ini aku tidak pernah bertemu dengannya,
walaupun rumah kami sebelahan. Tapi kesibukan kami sekolah membuat kami jarang
bertemu. Maklum saja kami sekarang sudah kelas akhir. Dan harus bisa mendapat
nilai terbaik di ujian besok. Jadi hanya hari ini saja aku bisa bertemu dengan
Nadia. Dan untungnya Nadia pun tak pergi bersama Angga.
“Kok lewat sini?”tanyanya.
“Iya ini, sekali-kali jalan-jalan”.
Jawabku.
“Iya ini terlalu jauh tahu”katanya.
Aku hanya
terdiam. Dalam hatiku, tak apalah yang penting senang. Lagipula Angga tak
melarangku pergi bersama Nadia. Jadi tanpa harus pamit segala dengannya. Karena
Angga percaya bahwa kami bersahabat. Rasanya hari ini tenang sekali pergi
bersama Nadia. Rasanya nyaman dan adem. Mungkin karena ini adalah cinta. Ku
buat perjalanannya lama. Aku pun hanya pelan-pelan saja jalanya. Tak terasa,
ternyata 30 menit dalam perjalanan ke mallnya. Yang sebenarnya hanya ditempuh
15 menit dengan jalan biasa. Pegal juga rasanya. Nadia pun marah-marah. Karena
cuacanya saat itu pun panas, jadi wajar lah jika seorang wanita marah-marah
jika diajak panas-panasan. Aku bisa memahaminya.
“Kakak ini gimana sih? Sudah berapa
lama kita di perjalanan, memang dikira gak panas apa dijalan? Capek tahu kak?
Kalau tahu gini mending aku gak pergi sama kakak, mending pergi sama Angga saja
kalo gini jadinya.”kata Nadia marah padaku.
“Maaf Nad, aku gak ada niat buat
kamu kepanasan, aku Cuma pengin bisa jalan-jalan saja. Kamu mau kan maafin aku
Nad?”pintaku.
Dia tak
menghiraukanku, dan langsung masuk mall tanpa mengajakku. Aku pun merasa
bersalah kepadanya. Aku pun baru pertama kali melihatnya marah dan berkata
dengan nada tinggi. Semenjak aku mengenalnya, dia orangnya lembut dalam segala
hal, terutama dalam hal berbicara. Aku pun berusaha mengejarnya.
“Nad tunggu, kamu kenapa sih? Aku
kan sudah minta maaf ke kamu, memang aku begitu salah ya ke kamu, sampai kamu
kayak gini ke aku, aku kan sudah minta maaf. Dan memang tadi aku yang salah ke
kamu. Tolong maafin aku. Kenapa sih kamu? Ayolah ngomong!” kataku ke Nadia.
Nadia pun hanya
terdiam dan terus melanjutkan jalannya masuk ke mall. Dia tak menghiraukanku.
Walaupun aku telah memohon kepadanya untuk memaafkanku, namun itu rasanya
percuma. Bahkan dia tak menengokku sama sekali. Aku terus mengikutinya. Namun
kali ini dia berbicara.
“Sudah sana kamu pergi saja, aku pulang sama Angga saja. Sudah sana pulang, ga usah ikutin aku. Aku sudah besar dan bukan anak kecil lagi. Pergi sana!!”bentaknya.
“Sudah sana kamu pergi saja, aku pulang sama Angga saja. Sudah sana pulang, ga usah ikutin aku. Aku sudah besar dan bukan anak kecil lagi. Pergi sana!!”bentaknya.
Aku hanya
terdiam sejenak mendengar perkataannya yang kasar itu. Aku tak menyangka,
seorang wanita yang aku kenal baik, lembut , sopan, dan sempurna, tiba-tiba
membentakku dan mengusirku. Aku sangat kecewa dan sedikit sakit hati dengannya.
Setelah dengan lelah aku mengantarnya ke mall. Dengan hati sakit aku pun
memutuskan untuk pergi meninggalkannya sendiri. Tanpa pamit dan tanpa
melihatnya.
“Kamu memng cantik, tapi kamu
harusnya gak seperti ini ke aku. Memang aku sayang ke kamu tapi kamu juga
harusnya jangan kayak gini ke aku. Memang aku yang salah tapi setidaknya jangan
membentak dan mengusirku. Ini sungguh keterlaluan.” Kataku dalam hati.
Dengan keadaan
pulang, aku mengendarai motor dengan sangat cepat. Sebelum aku pulang, aku
lebih dahulu pergi ke toko buku untuk membeli sebuah buku motivasi. Toko
bukunya pun tak jauh dari mall tersebut. Satu jam lamanya aku ke sana sampai
pulang.
Setelah sore
hari aku memutuskan untuk pulang. Tak lama sampailah di rumah. Rumahku terlihat
sangat sepi, seperti tak ada orang di rumah. Aku pun sedikit melihat ke sana
dan ke sini. Seperti maling rasanya aku. Aku bukan sedikit demi sedikit pintu
rumah. Keadaan rumah terlihat sangat gelap. Kemudian aku nyalakan lampu. Setelah
lampu menyala. Tiba-tiba ada yang mengagetkanku dari dalam rumah dengan ucapan
‘selamat ulang tahun’, setelah aku lihat orang tersebut, ternyata orang
tersebut adalah Nadia. Aku pun sedikit kaget dan bingung. Akhirnya semua orang
keluar dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Aku pun hanya bisa
tertawa. Aku sungguh lupa bahwa hari ini adalah ulang tahunku.
“Selamat ulang tahun ya, maaf kalau
tadi aku kasar ke kamu, ini semua ide kami semua. Aku tidak ada maksud buat kam
sakit hati dengan ucapanku tadi. Kami hanya ingin memberi kejutan kepadamu.
Semoga kamu semakin sukses dan tambah segala-galanya. Kamu mau kan maafin aku?”
“Iya Nad, makasih semuanya. Aku gak
marah ke kamu kok, aku memang salah tadi. Buat semuanya makasih ya?”
“Iya sama-sama”kata mereka semua.
Nadia memberiku
sebuah jam tangan yang bagus. Aku senang mendapatkannya, namun aku lebih senang
karena di hari ulang tahunku ini aku bisa bersama seseorang yang aku cintai,
walaupun aku tak memilikinya. Sebuah kisah terindah yang takkan aku lupakan.
Terima kasih semua J.